TRAVEL
MUSEUM
BANK INDONESIA
Ketika
saya masih SMK dulu, saya pernah datang kesini untuk kunjungan industri dari
sekolah. Tadinya, saya tidak tahu lokasi museum ini. Saya berpikir lokasi
museum ini di Bandung karena Bandung kaya akan museum-museum, eeehh ternyata
salaahh tooh !!. Rupanya museum ini berolakasi di Jakarta tepatnya di Jl. Pintu
Besar Utara No. 3, Jakarta Barat dekat kota tua. Kalau tidak salah, saya datang
ke museum ini sekitar tahun 2009, yaah cukup lama juga sii tapi, tidak masalah
kan kalau diceritakan kembali perjalanan yang telah lama berlalu untuk sekedar
mengingat-ingat saja. Karna ini adalah acara sekolah jadi, saya datang bareng
teman dan guru-guru tidak sendiri.
Dari sejarah yang diceritakan oleh guidenya ternyata bangunan 2 lantai ini dulunya digunakan sebagai rumah sakit Binnen Hospital sebelum digunakan untuk kantor De Javasche Bank. De Javasche Bank didirikan pada tahun 1828. DJB saat itu sangat berperan dalam peredaran komoditi hasil bumi dari seluruh penjuru Hindia Belanda. Gedung ini pun sempat mengalami 5 tahap renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1909 hingga 1912 yang dilakukan oleh biro arsitektur terkemuka dari Belanda saat itu, Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit. Renovasi pertama ini pun menambahkan elemen dekoratif Neoklasik yang terpengaruh oleh arsitektur Beaux Arts yang sedang berkembang di Eropa. Selain itu, unsur-unsur lokal dapat kita temukan pula pada beberapa hiasan dekoratifnya, sehingga gedung ini menjadi gedung bergaya Eropa pertama yang memadukan unsur Eropa dan lokal di Hindia Belanda.
Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1922 oleh Biro Arsitek NV Architecten-Ingenieursbureau Fermont-Cuypers, dengan menambahkan ruang rapat berkeramik hijau dari Belanda yang disebut dengan Ruang Hijau. Pada tahap ini juga, ruang Kluis (penyimpanan uang dan benda beharga) lapis baja dengan tembok beton setebal 65 cm dibangun oleh perusahaan LIPS dari Dordrecht. Renovasi tahap ketiga pada tahun 1924 hanya menyelesaikan pembangunan di sepanjang Javabank Straat (sekarang Jl. Bank) dan bangunan sayap belakang sepanjang kali. Tahap keempat (1933) dan tahap kelima (1935) hanya melakukan penambahan beberapa gedung dan merombak beberapa bagian gedung.
Sebelum masuk ke ruangan pertama museum yang berada di lantai 1 yaitu Ruang Peralihan, terpampang layar touchscreen yang memberikan informasi lengkap soal museum ini. Beberapa layar monitor LCD widescreen juga terpampang memberikan informasi berupa video. Sejarah perkembangan logo BI yang telah mengalami perubahan 7 kali sejak tahun 1953 hingga 2005 pun terpampang jelas. Logo BI yang sekarang ini ternyata mengadaptasi logo De Javasche Bank dengan mengubah huruf J menjadi huruf I. Saya pun memasuki Ruang Peralihan dan terdapat label larangan memotret menggunakan blitz yang terpampang sebelum pintu masuk. Rupanya penggunaan blitz dikhawatirkan akan mengganggu sensor cahaya yang ada di ruangan ini. Ruangan ini adalah ruangan multimedia interaktif. Dimana sebuah proyektor khusus menampilkan kepingan uang logam dengan berbagai nilai yang melayang-layang pada sebuah layar putih melengkung. Bila kita bisa “menangkap” kepingan uang logamnya yaitu dengan cara mengurung uang tersebut di dalam lingkaran tangan, maka akan muncul semacam pop-up yang berisi informasi mengenai uang logam tersebut dan saya pun keluar dari ruangan itu untuk menjelajahi ruangan lainnya.
Dilantai 1 ini banyak sekali ruangan-ruangan seperti ruangan tempat menyimpan koleksi uang, emas, perhiasan, dll dimana sifat dari ruangan tersebut temporer dan memiliki tingkat keamanan yang baik sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat memamerkan benda-benda berharga dan saya pun penasaran untuk mengunjunginya sekedar ingin tahu saja. Setelah dari sana, saya menuju ke ruangan berikutnya yaitu Ruang Sejarah Bank Indonesia. yang berbentuk seperti Ruang Teater berkapasitas 45 tempat duduk yang digunakan untuk memutar film sejarah Bank Indonesia selama 30 menit.Di sini terdapat berbagai diorama dan papan informasi besar yang menceritakan sejarah Bank Indonesia dari tahun 1953 hingga tahun 2005. Sejarah Bank Indonesia sendiri menampilkan 3 fungsi Bank Indonesia yaitu sebagai lembaga moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Dengan menggunakan unsur multimedia yang tidak lepas dari ruangan ini. Speaker berbentuk khusus yang terletak menggantung di langit-langit tepat di atas monitor touchscreen membuat suara menjadi lebih bagus.
Setelah selesai menjelajahi
ruangan-ruangan diatas, saya dan teman-teman akan masuk ke ruangan serba guna
yang masih berada di lantai 1. Ruangan ini pada dasarnya
digunakan untuk kepentingan pengunjung seperti dapat digunakan untuk ruang
makan dalam mendukung kegiatan edukasi yang diselenggarakan di ruang auditorium
atau kegiatan seni dan budaya. Dan teetteep, tidak guru tidak anak muridnya
ingin selalu eksis di setiap
moment. Dan perjalanan pun lanjut ke lantai 2. Hampir sama
dengan keadaan di lantai 1, di lantai 2 pun banyak ruangan-ruangan seperti
ruang auditarium, ruang gelar budaya 2, ruang meeting, dll. Semua ruangan pun
sudah dijelajahi dan saatnya pulang. Perjalanan saat itu menurut saya
menyenangkan dan banyak ilmu yang didapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar