Senin, 10 Maret 2014

RIVIEW JURNAL


PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

1.     Latar Belakang Penelitian

·        Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders lainnya.
·        Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (enfoiced/mandatory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary disclosure).
·        Kebangkitan pasar modal memungkinkan perusahaan memperkuat struktur modal melalui perbaikan rasio hutang terhadap modal sendiri.
·        Dalam perekonomian yang kompetitif, pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan merupakan sarana untuk menyalurkan accountability perusahaan kepada para penyedia modal yang berada di luar perusahaan dan memudahkan alokasi sumber daya untuk pemanfaatan yang paling produktif.
·        Dalam mengadakan analisis laporan keuangan perusahaan, kreditur memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio leverage.

2.     Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh struktur modal dan profitabilitas terhadap mandatory disclosure financial statement ?

3.     Tujuan Penelitian

1.     Untuk mengetahui pengaruh DER terhadap mandatory disclosure financial statement
2.     Untuk mengetahui pengaruh NPM terhadap mandatory disclosure financial statement
3.     Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap mandatory disclosure financial statement

4.     Metode Penelitian

·        Kelengkapan Pengungkapan, dimana perhitungan indeks kelengkapan pengungkapan dilakukan sebagai berikut :
Indeks =     n
                            k        .........................................(Imhoff, 1992)
         Keterangan:
         n = jumlah butir pengungkapan yang terpenuhi
         K = jumlah semua butir pengungkapan yang mungkin dipenuhi

·        Rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER):
DER = Total Utang / Total Ekuitas

·        Rasio Net Profit Margin (NPM):
NPM = Laba Bersih / Penjualan

·        Rasio Profitabilitas / ROE (Return On Equity):

ROE = Laba Bersih Sesudah Pajak / Total Equity

5.     Hasil Penelitian

Tabel 2. Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian

N
MINIMUM
MAKSIMUM
MEAN
Std. DEVIATION
ROE
132
-8.61
64.59
14.6280
11.97704
NPM
132
.00
9.42
.2747
1.09225
DER
132
.07
8.44
1.1060
1.24064
INDEKS
132
.60
.94
.8034
.07039
VALID N (Listwise)
132





Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 2. di atas diketahui bahwa rasio Return On Equity (ROE) yang merupakan yang membagi laba bersih setelah pajak (earning after tax) dengan modal sendiri menunjukkan nilai rata-rata sebesar 14.6280. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki laba bersih setelah pajak sebesar 14.6280 kali lebih besar dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Nilai minimum dari ROE adalah sebesar -8.61 yang berarti bahwa sampel terendah memiliki laba setelah pajak sebesar -8.61 kali dari modal sendiri, sedangkan nilai maximum ROE sebesar 64.59 atau dimilikinya laba bersih setelah pajak sebesar 64.59 kali dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Rasio Net Profit Mrgin (NPM) yang merupakan rasio laba bersih dengan penjualan diperoleh rata-rata sebesar 0.2747. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai NPM adalah sebesar 0.2747. Nilai maximum sebesar 9.42 yang berarti bahwa laba bersih dapat mencapai 9.42 dari penjualan yang diperoleh perusahaan, sedangkan nilai minimum NPM adalah 0.00.
Debt to Equty Ratio (DER) yang merupakan rasio Proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.1060. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang sebesar 1.1060 kali dari rata-rata ekuitas pemegang saham perusahaan dalam satu periode. Nilai minimum yaitu sebesar 0.07 yang berarti sampel terendah hanya mendapatkan DER sebesar 0.07 dan nilai maximum diketahui sebesar 8.44.
Indeks yang menujukkan banyak item laporan keuangan yang material diungkapkan oleh perusahaan manufaktur menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks Wallace dan Item berdasarkan Pengungkapan Laporan Keuangan berdasarkan Surat Edaran Ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002, tanggal 27 Desember 2002. Rata-rata indeks perusahaan adalah sebesar 0.8034 dengan indeks minimum sebesar 0.60 dan tertinggi sebesar 0.94. Nilai indeks minimum sebesar 0.60 artinya masih ada perusahaan yang belum memenuhi kelengkapan pengungkapan Laporan Keuangan berdasarkan ketentuan

6.     Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan, variabel ROE, DER dan NPM berpengaruh terhadap indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Artinya ROE, DER, dan NPM perusahaan mempengaruhi manajemen dalam kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan. Nilai R Square atau nilai koefisien determinasi adalah sebesar 50.7%. Hal ini berarti 50.7% variasi indeks kelengkapan pengungkapan dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel bebas sedangkan sisanya sebesar 49.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel ROE dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sedangkan variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan dengan koefisien regresi dan nilai signifikansi < 0.05 (p = 0.000).

OLEH: Dibiyantoro (Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang), VOL. 1 NO. 2, MEI 2011.

Sumber: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:j4ViPaZW2CsJ:news.palcomtech.com/wp-content/uploads/2012/01/DIBIYANTORO-JE01022011.pdf+&cd=11&hl=id&ct=clnk

Kamis, 06 Maret 2014

Kondisi Ekonomi Saat Ini Berbeda Dengan Tahun 1997/1998


          Jakarta -Saat ini kondisi ekonomi Indonesia memang tengah dalam tekanan, salah satunya dilihat dari kurs dolar AS yang saat ini nilainya mencapai Rp 11.700. Namun kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi ekonomi saat krisis 1997/1998. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menceritakan, dirinya tahu betul kondisi ekonomi Indonesia 1997/1998, karena saat itu sudah berkecimpung di dunia korporasi.

          "Dulu utang kita banyak yang tak tercatat, bukan hanya utang swasta, namun juga utang pemerintahnya. Tapi setelah krisis (1997/1998), ada UU Keuangan negara, dan pemerintah mempunyai neraca. Jadi kita tahu berapa utang negara, utang daerah, swasta, dan bahkan BUMN. Kalau di 1997/1998 kita tidak tahu," tutur Agus Marto saat pertemuan dengan sejumlah pimpinan media di kantor pusat BI, Jalan Thamrin, Jakarta, Jumat malam (22/11/2013).

          Agus mengatakan, pada saat krisis 1997/1998 banyak tindakan moral hazard yang terjadi di dunia perbankan Indonesia. Mulai dari pemilik bank, manajemen, hingga nasabah-nasabahnya melakukan tindakan moral hazard, atau tak sesuai aturan. Belum sampai di situ, pada saat krisis 1997/1998, Agus juga mengatakan ada tindakan-tindakan missmatch di Indonesia dalam sektor ekonomi. Contohnya, perusahaan swasta yang melakukan pinjaman dalam bentuk dolar, namun penghasilannya rupiah. Jadi bila dolar tiba-tiba menguat, kekuatan perusahaan untuk membayar utang lemah.

          "Jadi saat ini utang-utang sudah tertata, laporan keuangan juga sudah jelas. Transaksi perbankan juga dijaga. Kalau apda 1997/1998, ada bank yang masuk transaksi derivatif berisiko, sekarang dijaga betul. Belum lagi pergerakan dolar saat krisis dulu itu melonjak tinggi dari Rp 2.300 menjadi Rp 15.000. Ini membuat ekonomi berhenti," papar Agus.

          Meski begitu, Agus mengatakan, kondisi utang swasta Indonesia saat ini juga naik. Menurut data BI, utang swasta Indonesia jumlahnya naik dari US$ 73,6 miliar di 2009 menjadi US$ 136,6 miliar. Namun masih tetap terjaga, karena 76% utang swasta ini adalah berjangka panjang. Hingga Desember nanti, akan ada pembayaran utang swasta jatuh tempo US$ 8 miliar. Jumlah ini masih bisa terjaga, karena ada juga penarikan utang baru, sehingga tekanan terhadap rupiah masih terbatas

Sumber:



KEUANGAN INDONESIA


          Pasar keuangan Indonesia telah mengalami pemulihan yang mencengangkan dari kondisi Krismon pada akhir tahun 1990-an. Kebijakan fiskal yang bijaksana dan fundamental ekonomi yang kuat berhasil membentuk pertumbuhan yang kokoh selama beberapa tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan tampaknya lebih menjanjikan lagi dengan pertumbuhan PDB yang minimal 6.0 persen di tahun-tahun mendatang. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat dianggap sebagai indikator utama kinerja pasar keuangan telah mengalami pertumbuhan yang substansial dari tahun 1999 hingga kini. BEI mengalami rekor terendah pada tahun 1998 di tengah krisis ekonomi, tetapi berbalik arah dan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2013. Pada tahun 2010 BEI merupakan indeks dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik dengan peningkatan sebesar 44 persen. Kini Indonesia semakin mendapatkan kepercayaan lembaga pemeringkat kredit internasional. Pada akhir tahun 2011 Fitch Ratings adalah yang pertama dari lembaga-lembaga tersebut yang mengembalikan status investasi (investment grade status) kepada Indonesia setelah terputus selama 14 tahun. Pada bulan Januari 2012 Moody’s Investors Service mengikuti langkah ini mendasarkan kinerja ekonomi Indonesia yang tangguh. Diasumsikan bahwa langkah-langkah ini akan memicu aliran modal masuk yang lebih besar untuk sejumlah produk keuangan yang terbatas untuk diinvestasikan di negara investment grade saja.
          Namun hal yang terpenting bahwa ekspansi itu akan disertai dengan pendalaman pasar modal Indonesia. Saat ini pasar-pasar modal di Indonesia lebih kecil dan kurang likuid dibandingkan negara ASEAN lain dan negara berkembang lain. Ini disebabkan oleh kerendahan penggunaan pasar modal untuk membiayai investasi dan keterbatasan intermediasi oleh lembaga keuangan yang non-bank (hedging dan fasilitas asuransi yang kurang memadai). Pasar efek dan pasar ekuitas hingga kini (relatif) kurang dikembangkan dan kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Sisi positif dari situasi ini adalah bahwa Indonesia masih memiliki ruang yang cukup luas untuk tumbuh. Bagian ini terfokus pada pasar-pasar keuangan Indonesia dan bertujuan memberikan wawasan dalam struktur pasar. Selain itu, bagian ini juga berisikan informasi yang memadai mengenai cara berpartisipasi di pasar keuangan Indonesia.

Kolom Keuangan
Kolom Keuangan memberikan analisis mengenai topik yang terkait dengan pasar keuangan Indonesia. Bagian ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca supaya memperoleh pengertian yang akurat dan menyeluruh mengenai struktur pasar keuangan Indonesia. Kolom ini ditulis oleh tim yang terdiri dari ekonom yang bekerja di lembaga otoritatif dan memiliki keahlian dan pengalaman untuk memberikan penjelasan yang mendalam mengenai keuangan yang memiliki nilai berita tinggi.

Berita Bursa Efek Indonesia
Berita Bursa Efek Indonesia (BEI) berisikan analisis harian mengenai kinerja bursa saham Indonesia. Bagian ini memberikan wawasan mengenai gerakan dan tren indeks tersebut selama satu minggu terakhir dan menganalisis peranan pemain dan faktor utama di belakang pergerakan BEI. Indeks BEI merupakan indikator utama kinerja pasar keuangan Indonesia, maka pemahaman dari indikator ini menjadi suatu hal yang penting.

Saham & Obligasi
Bagian ini berisikan informasi terlengkap yang diperlukan bagi investor asing yang tertarik dengan membeli saham dan obligasi Indonesia. Pada tahun 2010, indeks BEI adalah indeks dengan kinerja terbaik di wilayah Asia- Pasifik seiring dengan pembelian jumlah besar saham oleh pihak asing. Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah Indonesia serta Bank Indonesia juga telah menunjukkan kenaikan yang tajam. Seiring dengan meningkatnya peringkat kredit Indonesia akhir-akhir ini,pasar keuangan ini diharapkan akan semakin luas di 2013 dan tahun-tahun selanjutnya.

Sistem Pajak
Dinas pajak Indonesia bukan bidang pemerintahan yang paling efektif dan bersih. Sangat disarankan untuk memiliki pemahaman yang komprehensif dari sistem pajak Indonesia untuk menghindari konflik dengan departemen pajak. Konflik tersebut dapat memiliki konsekuensi berat terhadap bisnis atau terhadap situasi pribadi Anda. Bagian ini akan menginformasikan tentang pajak penghasilan (badan maupun individu) serta insentif pajak dan perjanjian pajak internasional.

Angka Ekonomi Makro
Bagian Angka Ekonomi Makro ini menginformasikan tentang beberapa indikator ekonomi dan statistik sosial penting (misalnya inflasi, produk domestik bruto dan pengangguran), yang memberikan wawasan mengenai keadaan ekonomi Indonesia saat ini. Sebuah analisis dari data-data statistik tersebut dapat menunjukkan tren ekonomi tertentu - baik jangka panjang maupun jangka pendek - dan merupakan cara untuk menilai kondisi masa depan ekonomi Indonesia.

Kontak
Bagian ini berisikan rincian kontak dari lembaga yang dapat memberikan informasi dan bantuan lebih lanjut menyangkut pasar keuangan Indonesia. Jika lembaga tertentu yang Anda cari tidak tercantum di sini, Anda dapat menghubungi kami untuk informasi yang lebih lanjut.

Sumber:


Keuangan Negara Diperkirakan Stabil Tahun 2012


Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 diperkirakan masih tetap stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Pertumbuhan di prediksi untuk tetap baik sampai akhir 2011 dan sepanjang 2012, didukung oleh konsumsi dan investasi swasta," ujar Kepala Ekonom HSBC untuk wilayah Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan India, Leif Eskesen, dalam pemaparan di Jakarta, Senin.
Leif menjelaskan, momentum pertumbuhan di Asia sedikit mengalami penurunan, akibat krisis utang di Eropa, kenaikan harga minyak serta terganggunya rantai distribusi akibat bencana di Jepang.

Namun, Ia mengemukakan, sektor konsumsi domestik di negara-negara Asia termasuk Indonesia menjadi salah satu pengaman dalam menjaga ketahanan ekonomi secara keseluruhan dan berlindung terhadap dampak krisis secara langsung.
"Konsumsi domestik dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi dan tentunya didukung dengan kebijakan moneter yang akomodatif," ujar Leif.
Selain itu, Ia mengemukakan, tingkat investasi swasta juga diperkirakan makin meningkat terutama bagi Indonesia dan India karena saat ini Asia merupakan wilayah yang paling menjanjikan untuk berinvestasi.

Menurut Leif, basis konsumsi domestik yang didukung demografi penduduk merupakan salah satu pemicu investor untuk berinvestasi di Indonesia.
"Untuk menarik investor, pemerintah juga perlu menyelesaikan beberapa hal yang berkaitan dengan reformasi struktural, seperti UU ketenagakerjaan, kebijakan yang memudahkan untuk melakukan bisnis dan melakukan pembenahan infrastruktur," katanya. Selain itu, Ia melanjutkan, potensi resiko eksternal yang meningkat pada pasar modal dan saham karena arus modal masuk juga dapat diantisipasi dengan cadangan devisa Indonesia yang masih memadai. Namun, dengan pertumbuhan yang diperkirakan masih stabil, pemerintah patut mewaspadai tingginya laju inflasi pada tahun depan.

"Laju inflasi dapat menjadi `potential risk` dan patut diwaspadai. Untuk itu dibutuhkan kebijakan moneter yang tepat dalam penentuan suku bunga dan mendukung pertumbuhan ekonomi," ujarnya. Leif memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 6,4 persen meski ada kemungkinan untuk lebih tinggi lagi.

Dikutip: