Kamis, 05 Januari 2012

Tugas Softskill IAD tentang penemu teknologi

TEKNOLOGI

PENEMU TELEVISI

          Televisi pertama kali ditemukan oleh J.L. Baird & C.F Jenkins. Mereka lahir pada 13 Agustus 1888 dan 22 Agustus 1867. John Logie Baird lahir di Helenburgh, Skotlandia dan bertempat tinggal di Skotlandia, Inggris sedangkan Charles Francis Jenkins lahir di Dyton, Ohio dan bertempat tinggal di Washington, DC. Beliau – beliau wafat pada 14 Juni 1946 dan 6 Juni 1934.
            Pada masa awal perkembangannya, televisi merupakan gabungan antara teknologi optik, mekanik dan elektronik yang bisa digunakan untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Namun, sistem pertelevisian saat ini tidak lagi menggunakan sistem mekanik.
                
Sebelumnya, sekitar tahun 1935 tampilan screen televisi pertama mempunyai mesin kecil dengan disk yang berputar dan sebuah lampu neon yang saling bekerjasama untuk memberikan gambar remang-remang yang berbentuk setengah dari ukuran kartu nama dan pada tahun 1950-1959 merupakan periode yang menggembirakan bagi dunia pertelevisian. Di Amerika, televisi B&W meledakkan inovasi baru dalam abad itu yaitu televisi berwarna elektronik dan remote controlnya diluncurkan. Publik menjadi saksi mata dari perkembangan televisi dan pengenalan transistor televisi. Pada saat inilah perkembangan televisi sudah sangat maju bahkan bentuk-bentuk televisi saat ini sudah ada yang tipis dan diletakkan di tembok

    Berkat karya dan perjuangan keras J.L. Baird & C.F Jenkins,  masyarakat di seluruh dunia bisa dengan mudah memperoleh informasi. Dahulu  dengan perkembangan teknologi dan zaman yang semakin lama semakin maju membuat televisi sebagai kebutuhan utama namun berbeda dengan saat ini,  televisi menjadi barang biasa di rumah, kantor maupun institusi karena televisi merupakan sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan/promosi
            Variasi dan merk dari televisi saat ini pun sangat bermacam-macam begitupun dengan fasilitas/fitur-fitur yang ditawarkannya semakin berkembang dan menarik mulai dari
perangkat output gambar televisi, saat ini menggunakan berbagai teknologi penampil seperti CRD, LCD, Plasma, DLP maupun OLED sedangkan untuk terminal input tambahan bagi piranti keras lain, unit televisi juga dilengkapi dengan terminal input untuk DVD player, konsol permainan video dan alat pendengar personal.
           Dengan adanya kemunculan televisi di dunia, kehidupan manusia berubah seketika. Cara pandangan & berfikir manusia lebih intelektual dan cerdas karena terdapatnya wawasan- wawasan dengan menonton berita- berita yang disiarkan. Selain itu juga, Manusia dapat dengan mudah memperoleh informasi mulai dari informasi lowongan kerja sampai dengan mengetahui keadaan serta kejadian-kejadian yang sedang dialami di suatu daerah/negara baik dari dalam maupun luar daerah/ negara sekalipun serta memudahkan seseorang dalam menjalani usahanya yaitu dengan membuat iklan untuk mempromosikan barang/jasa yang mereka buat. Melalui televisi juga, anak-anak dan remaja dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati, toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Informasi mendidik juga dapat diselipkan dalam program yang populer bagi remaja.
            Tapi, dibalik itu semua televisi terkadang di salah gunakan oleh para pengguna khususnya anak-anak yang masih berumur 3 tahun. Sejak akhir 1990-an, semakin banyak orang tua yang mengizinkan bayinya menonton televisi seiring dengan semakin banyaknya produk DVD yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif bayi. Namun demikian, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa menonton televisi sejak usia dini dapat meningkatkan perkembangan berbahasa anak. Sebaliknya, bukti ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang menonton DVD semacam itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih rendah. Selain itu, bila kemampuan anak dalam mengenal huruf dan angka diukur pada usia sekolah, anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang lebih rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3 tahun. Demikian pula, semakin banyak anak menonton televisi sebelum usia 3 tahun semakin tinggi kemungkinannya mengalami masalah perhatian pada usia 7 tahun. Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan seperti film kartun pada umumnya tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Sebaliknya, menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada usia prasekolah.
     Namun, terlalu keseringan menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak-anak dan remaja seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko, obesitas, mengurangi kreativitas, kehilangan selera bergaul dengan teman dan malas berolah raga, gangguan pola makan, menurunnya prestasi di sekolah, waktu tidur anak berkurang serta anak-anak lebih ahli berdebat dibandingkan saling mengasihi satu sama lain bahkan menonton televisi juga bisa mempengaruhi kesehatan karena berkaitan dengan perilaku menetap (sedentary behavior) seperti duduk dan berbaring dalam waktu yang lama tanpa mengeluarkan energi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa menonton televisi dalam waktu yang lama berasosiasi dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tingkat kolestrol darah yang lebih tinggi. Semakin banyak seseorang menonton televisi pada saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami obesitas pada saat dewasa. Menonton televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi dengan semakin tingginya risiko kanker kolorektal, endometrial, ovarium, dan prostat serta risiko penyakit kardiovaskular.
      Sebenarnya tidak ada yang bisa disalahkan atas hal ini karena hobi menonton televisi di kalangan anak-anak dan remaja cukup besar. Anak – anak membutuhkan hiburan untuk membantu hidupnya menjadi lebih berwarna. Peran media terhadap perkembangan anak semakin besar seiring dengan kemajuan teknologi. Namun itu semua masih bisa diantisipasi melalui bimbingan orang tua yaitu dengan cara mendampingi anak ketika sedang menonton televisi sambil memantau program televisi yang ditonton anak-anak bahwa tontonan anak tersebut informatif, mendidik, dan tidak berisi kekerasan dan mengatur jam anak dalam menonton televisi. Semua aktivitas yang kita lakukan kembali lagi kepada diri masing-masing dimana penggunalah yang mengatur waktu bukan sebaliknya sehingga semuanya bisa berjalan semestinya.